Sumber: Republika, 30 Maret 2010
Judul buku: Allah Sang Tabib: Kesaksikan Seorang Dokter Ahli Bedah
Penulis: Dr H Briliantono M Soenarwo
Penerbit: Al-Mawardi
Cetakan: II, Februari 2009
Tebal: 275 hlm
Betapa banyak orang yang meyakini bahwa hanya dokter dan obatlah yang
bisa menyembuhkan penyakit. Bahkan, tidak sedikit orang yang fanatik
berobat hanya ke dokter tertentu, karena mereka yakin hanya dokter
tersebutlah yang bisa mengobati penyakitnya. Mereka rela antre
berjam-jam hanya agar bisa berobat kepada dokter tersebut. Sebaliknya,
kalau dokter tersebut tidak masuk, mereka lebih memilih batal berobat di
klinik atau rumah sakit tersebut.
Banyak orang yang percaya bahwa obat tertentu sangat manjur dan
menyembuhkan, sekalipun harganya sangat mahal tetap dibeli. Padahal peng
obatan itu bisa dimulai dari diri sendiri dan dengan biaya yang murah.
Begitulah fenomena yang terjadi di masyarakat. Mereka cenderung
“mendewakan” dokter dan “menuhankan” obat-obatan. Padahal, berapa banyak
dokter ahli jantung yang justru terkena penyakit jantung? Berapa banyak
dokter ahli ginjal yang justru terkena penyakit ginjal? Berapa banyak
dokter ahli yang dirinya, suami/istrinya, atau anak-anaknya terkena
penyakit yang merupakan keahliannya sebagai dokter? Berapa banyak anak
dokter yang meninggal dunia karena suatu penyakit, padahal fasilitas
pengobatannya begitu lengkap, dan ayahnya telah berhasil menyembuhkan
ratusan atau ribuan pasien?
Sebaliknya, ada orang sakit parah yang proses pengobatannya sederhana
saja, namun bisa sembuh. Ada orang yang divonis oleh dokter umurnya
hanya tinggal tiga bulan lagi, namun ternyata bisa sembuh dan 20 tahun
kemudian masih hidup.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya bukanlah dokter dan
obat-obatan yang menyembuhkan suatu penyakit. Ada Dzat Yang Mahakuasa
dan Maha Penyembuh. Dialah Allah SWT. Dokter hanyalah alat atau
perantara untuk kesembuhan sang pasien. Itulah pesan utama buku ini.
Buku berjudul Allah Sang Tabib ini ditulis oleh seorang dokter yang
telah berpraktik hampir 30 tahun lamanya, dan sejak 20 tahun terakhir
merupakan dokter ahli bedah tulang. Ia menulis buku ini berangkat dari
kemirisannya melihat fenomena yang berkembang di masyarakat, yakni
mendewakan dokter dan menuhankan obat-obatan.
Padahal pengalamannya sebagai dokter hampir tiga dekade mengajarkan
banyak sekali hal kepada nya. Bahwa Allah-lah hakekatnya yang
menyembuhkan. Sungguh pun demikian, manusia wajib berikhtiar. Karena
ikhtiar itu sendiri adalah bukti keimanan seseorang. Ikhtiar itu pun
banyak caranya, baik dengan terapi penyembuhan modern, terapi
penyembuhan tradisional, dan terutama dengan terapi penyembuhan Nabi .
Penulis menegaskan, ada lima langkah hidup sehat menurut Islam.
Pertama, pola hidup sehat, misalnya tidak merokok, tidak mengonsumsi
minuman keras, tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Kedua, menjaga
mulut dari makanan, minuman maupun perkataan yang tidak baik. Ketiga,
melakukan olahtubuh. Selain olahraga, justru shalat merupakan olahtubuh
yang paling baik. Keempat, obat-obatan. Kelima, dokter atau tabib.
“Jadi, dokter hanyalah peringkat kelima atau terakhir, dan urutan ini
tidak boleh dibalik-balik,” tegas lelaki yang akrab dipanggil Dr Tony
ini.
Penulis juga menjelaskan, dalam pengobatan modern, hirarki tertinggi
adalah dokter sebagai kapten (pimpinan), di bawahnya ada perawat, dan
yang terendah adalah pasien. Dalam pengobatan syariah, yang tertinggi
adalah Allah, sedangkan dokter, perawat dan pasien berada dalam posisi
sejajar. Dokter tidak lebih tinggi dari pasien. Dokter hanyalah manusia
biasa juga, hanya saja ia belajar ilmu kedokteran, namun bukan ia yang
menyembuhkan pasien. “Sakit dan sembuh adalah hak Allah,” tegas penulis.
Penulis membagi bukunya menjadi enam bab. Bab satu mengupas tentang
manusia sebagai makhluk yang luar biasa. Sesungguhnya segala yang ada
pada diri manusia merupakan hal yang luar biasa dan menunjukkan
kekuasaan Allah Yang Mahakuasa. Dalam bab ini penulis membahas keunikan
jantung, otak manusia, hati, jiwa dan akal. Bab dua membicarakan
selayang pandang sejarah kedokteran. Baik sejarah kedokteran Barat
maupun Islam.
Bab tiga memaparkan tentang sakit dan ikhtiar. Dalam bab ini penulis
menjelaskan bagaimana Islam memandang sakit dan penyakit, serta berbagai
hikmah sakit dan adab menjenguk orang sakit. Penulis juga mengemukakan
pentingnya ikhtiar dalam pandangan Islam.
Bab empat memperbincangkan Islam dan kesehatan. Di dalamnya dibahas
tentang gaya hidup sehat, makanan dan minuman yang dianjurkan, serta
kebiasaan makan dan minum ala Rasulullah saw. Bab lima menyajikan sehat
sempurna ala Nabi saw, mencakup 35 kebiasaan Rasulullah saw. Bab enam
mengupas tentang pengobatan cara Nabi (Thib An-Nabawi), seperti bekam,
madu, habbatus sauda, minyak zaitun, kurma, dan ruqyah.
Buku Allah Sang Tabib mendapatkan respons yang sangat baik dari
masyarakat. Hanya dalam tempo sebulan, buku ini sudah dicetak ulang.
Buku ini meraih nominasi buku terbaik Islamic Book Fair (IBF) ke-9 tahun
2010, yang digelar di Istora Senayan Jakarta, 5-14 Maret 2010. Bersaing
ketat dengan 220 judul buku, Allah Sang Tabib berhasil masuk tiga
besar.
Buku Allah Sang Tabib hadir di Kuala Lumpur International Book Fair
(KLIB) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, 19-28 Maret 2010. Di sana
buku ini juga mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari masyarakat.
Terbukti, dalam pameran tersebut stan Almas Kitab berhasil menjual
sekitar 200 eksemplar buku Allah Sang Tabib. Itu pun jumlah pembelian
dibatasi, maksimal satu eksemplar, sebab jumlah stok terbatas.
Pihak Almas Kitab sebagai distibutor buku-buku Islam di Malaysia
mengundang Dr Tony hadir di pameran tersebut untuk acara jumpa penulis
dan book signing. Buku Allah Sang Tabib juga segera diterbitkan di
Malaysia dalam bahasa Melayu oleh PTS Publications & Distributors
Sdn Bhd, salah satu kelompok penerbitan terbesar di Malaysia.
Buku Allah Sang Tabib perlu dibaca oleh setiap orang, agar bisa
meletakkan dokter dan obat-obatan pada proporsi yang sebenarnya, dan
bahwa hanya Allah-lah Sang Penyembuh. Buku ini juga perlu dibaca oleh
para dokter, pejabat, politisi maupun para tokoh masyarakat, bahwa
sesungguhnya manusia tidak punya apa-apa dan tidak bisa apa-apa, tanpa
idzin Allah. Sesungguhnya, Allah-lah Yang Mahakuasa.