Senin, 11 Oktober 2010

Konflik Sosial Dalam Keluarga

Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk yg hidup dengan cara saling bergantungan kepada orang lain atau biasa disebut makhluk sosial, tidak pernah lepas dari yang namanya masalah. Dalam hal ini masalah bisa diartikan/digambarkan sebagai suatu keadaan dimana setiap orang berlomba untuk dapat menyelesaikannya agar tidak muncul masalah lainnya. Jadi semua orang tentu menghadapi masalah dalam hidupnya. Tapi walaupun begitu masalah bukan hanya sebagai penghambat, namun bisa dijadikan sebuah peluang. Semua itu tergantung pada pribadi yang bersangkutan. Banyak jenis konflik atau masalah sosial yg ada di sekeliling kita, di antaranya konflik dalam pertemanan, konflik dalam suatu organisasi, dan yg paling sering kita hadapi yaitu konflik dalam keluarga. Banyak penyebab terjadinya konflik dalam keluarga, perbedaan pendapat, prestasi anak yg kurang memuaskan, pribadi anak yg buruk, dan yg paling fatal adalah perceraian orang tua. Perbedaan pendapat tentunya tidak asing lagi bahkan sering terjadi di semua bidang, bukan hanya dalam keluarga saja. Dalam hal lain, setiap orang tua pasti bersusah payah bagaimana agar anaknya bisa menjadi bibit yg unggul di masa depan kelak, tentu saja dengan cara menyekolahkan anaknya. Namun apabila anak tersebut mengecewakan orang tuanya yg telah bersusah payah tersebut dengan tidak memberikan prestasi yang memuaskan, orang tua pasti akan merasa sedih, mungkin tidak semua orang tua dapat mengambil sikap yg baik ketika anak tidak mendapat prestasi yg baik, karena ada orang tua yg menggunakan cara kekerasan, hal ini tentu saja cara yg menyimpang, dan bisa saja menimbulkan konflik dan efek yg berkepanjangan, contohnya si anak jadi tidak mau bersekolah lagi atau tetap bersekolah tapi tidak dengen sepenuh hati. Selain itu anak yg mempunyai kepribadian buruk karna pengaruh lingkungan,pasti akan terbawa sampai ke keluarga. Hal semacam ini tentu sangat tidak diinginkan oleh orang tua. Kita kembali pada pribadi orang tua itu sendiri bagaimana cara mereka mengambil tindakan atas anaknya. Masalah-masalah seperti ini bukan tidak mungkin membuat konflik yg ada menjadi begitu runyam. Bahkan kini sering terdengar di telinga kita yaitu orang tua yang bercerai, tentu pihak yg menjadi sorotan utama adalah anak. Banyak dampaknya, yaitu anak bisa ikut terlibat dalam pertikaian orang tua, anak jadi kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan bahkan dalam jangka panjangnya sebut saja 10-15 tahun ke depan, sang anak berkemungkinan depresi. Sang anak juga bisa mengalami trauma atau mendapat tekanan mental, contohnya pada reality yang ada, sang anak yg wanita akan menutup hatinya dan berbuta pandangan kepada sosok laki-laki karna sosok ayah baginya adalah tidak baik (apabila sang ayah yg menyebabkan perceraian itu terjadi), dia menganggap semua laki-laki itu sama. Untuk itu kita sebagai seorang anak atau orang tua harus memberikan kenyamanan pada ruang lingkup yg disebut keluarga, karena tanpa disadari keluarga adalah tempat yang paling nyaman untuk sharing dalam hal apapun.